Jumat, 24 Februari 2012

Wilayah Perairan Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia. Secara fisik, dia punya panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta kilometer persegi, sementara luas perairan 3,1 juta kilometer persegi. Bukan perkara mudah menjaga wilayah seluas itu. Apalagi sebagai negara kepulauan yang letaknya berada di antara dua samudra dan dua benua, Indonesia berbatasan setidaknya dengan 10 negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, Papua Niugini, Timor Leste, Palau, hingga India.
Sepanjang sejarah, wilayah perairan Indonesia berubah-ubah luasnya, sesuai dengan rezim aturan yang berlaku pada masanya. Menurut pakar hukum kelautan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Agus Brotosusilo, pada masa kolonialisasi Belanda, berlaku ketentuan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939, yang dijiwai prinsip Mare Liberum (Freedom of The Sea) seorang genius hukum dan juga bapak hukum internasional asal Belanda, Hugo Grotius (1604).
Pada 13 Desember 1957, pemerintah mendeklarasikan Wawasan Nusantara, dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini menetapkan kawasan perairan di bagian dalam kepulauan Indonesia otomatis menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia. Sementara itu, ketentuan pengukuran 3 mil dari garis pantai setiap pulau diubah menjadi 12 mil.
Lebih lanjut pada April 1982 konsep Wawasan Nusantara diterima menjadi bagian konvensi hukum laut internasional hasil Konferensi PBB tentang hukum laut yang ketiga (UNCLOS).
Selain pengukuran 12 mil tadi, juga ditetapkan tentang kawasan ZEE yang cakupannya mencapai 200 mil dari garis pantai setiap pulau.
Untuk kawasan ZEE, kewenangan hanya sebatas mengelola dan memelihara kekayaan alam saja, sementara di wilayah 12 mil tadi Indonesia punya kedaulatan penuh di daratan, perairan wilayah, dan bahkan terhadap tanah di bawah permukaan air dan ruang udara yang ada di atasnya (sovereign rights).
Memahami sejarah sekaligus aturan yang berlaku terkait penentuan teritorial perairan seperti itu adalah keharusan. Agus mencontohkan, Malaysia sebetulnya mengakui dan menjadi anggota UNCLOS. Namun, sejak kemenangan klaim mereka atas Pulau Sipadan dan Ligitan, beberapa tahun lalu, Malaysia semakin percaya diri dan berkeras tetap berpatokan pada peta wilayah yang dibuatnya sendiri tahun 1979 (klaim unilateral).
”Peta itu memasukkan sejumlah wilayah perairan kita, sesuai UNCLOS, ke dalam wilayah mereka. Maka itu, terjadi sejumlah sengketa akibat klaim sepihak tadi, seperti sebelumnya di perairan Ambalat dan kemarin di sekitar Pulau Bintan,” kata Agus.

Sumber :  http://hankam.kompasiana.com/2010/09/04/wilayah-perairan-indonesia/

Kapten Samadikun Pahlawan Pertempuran Laut di Cirebon



Cirebon adalah sebuah wilayah penting maritim di Indonesia, dan memiliki sejarah kepahlawanan maritim sejak Kesultanan Cirebon berdiri, yang sangat terkenal yakni Fatahillah, menantu Sultan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pahlawan yang mengalahkan Portugis dan pendiri Jayakarta (Jakarta).

Kisah kepahlawanan maritim lainnya adalah Kapten (Anumerta) Samadikun. Peristiwa pertempuran laut di Cirebon terjadi pada tanggal 5 januari 1947 antara Kapal Gajah Mada melawan kapal Belanda HR MS Kortenaer. Pertempuran ini merupakan ekses perjanjian Linggarjati yang dilakukan Antara pihak RI dengan Belanda dari tanggal 7 – 15 Januari 1946.Eskader ALRI pada perundingan Linggarjati mendapat tugas sebagai pengaman, pengawal dan pengangkut delegasi Belanda yang datang lewat laut.

Hasil perundingan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan tubuh RI, dan berpotensi menimbulkan perpecahan diantara para pejuang. Ditinjau dari sudut pandang militer perjanjian itu sangat melemahkan perjuangan Bangsa Indonesia. Menghadapi situasi seperti itu Panglima Besar Jenderal Sudirman memberikan instruksi untuk tetap waspada dan bersatupadu menghadapi musuh.

Sebagai penjabaran dari instruksi Panglima Besar Sudirman, di Cirebon dibentuk Gabungan Komando Bersenjata dan segera mengadakan manuver latihan pada tanggal 4-6 Januari 1947. ALRI pada latihan itu mengerahkan lima buah Kapal dibawah pimpinan Letnan Satu Samadikun. Eskader yang terlibat antara lain KRI Gajah Mada di bawah Komandan Lettu Samadikun, Kapal Patroli P-8 dibawah komandan Lettu Sukamto, Kapal Patroli P-9 di bawah Komandan Lettu Supomo, Kapal Tunda Semar di bawah Komandan Lettu Toto PS dan Kapal Tunda Antareja.

Tanggal 4 Januari 1947, latihan pendaratan Marinir di Gebang, berjalan lancar di bawah Letda Abdul Kadir. Pada 5 Januari, pasukan eskader keluar jam 06.00 dari Pelabuhan Cirebon menuju Daerah latihan. Pada jarak enam mil terlihat Kapal Belanda HR MS Kortenaer didampingi Kapal Pemburu. Pada jarak empat mil Kapal Belanda mengirim isyarat untuk eskader ALRI agar berhenti, hal itu tidak dipatuhi, bahkan Lettu Samadikun memerintahkan kapal eskader untuk melakukan olah gerak dari formasi lini ke formasi Diamon.

Melihat manuver itu, kapal Belanda melakukan penembakan terhadap Kapal Patroli P-8 dan meleset. Lettu Samadikun mengambil Komando dan memerintahkan unsur eskader melakukan despersi menghindar, sementara KRI Gajah Mada mengambil posisi serang, hal itu dilakukan agar tidak semua eskader mengalami kehancuran.

Tembakan kedua Kapal Belanda langsung diarahkan ke KRI Gajah Mada tepat ke lambung kanan, hingga rusak dan bocor. Situasi menjadi tidak mungkin bertahan, Lettu Samadikun memerintahkan pasukan meninggalkan kapal, lalu mengambil senjata Kaliber 12,7 mm dan melakukan tembakan balasan. Kapal Belanda menembakkan meriamnya bertubi-tubi ke arah KRI Gajah Mada. Akhirnya peluru ke 12 meriam Belanda menenggelamkannya, bersama Komandan Lettu Samadikun.

Dalam pertempuran tersebut Indonesia kehilangan satu kapal, tiga pahlawan gugur serta 26 menjadi tawanan Belanda. Tanggal 7 Januari jenazah Lettu Samadikun ditemukan. Dengan upacara militer jenazah almarhum dimakamkan di TMP Kesenden dan dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten Laut Samadikun. Untuk mengenang jasanya namanya dijadikan nama jalan di Kota Cirebon.
Selain di jadikan nama jalan di kota Cirebon Kapten laut Samadikun juga di jadikan nama salah satu kapal perang republik Indonesia dengan nama KRI Samadikun (341)


KRI Samadikun ketika masih di bertugas sebagai USS Claud Jones

Sedikit profil tentang KRI Samadikun

di bangun di Avondale Marine, Westwego, LA, di luncurkan pada tanggal 29 July 1953 dan comisooning 5 May 1959. dan dikirim ke Indonesia dengan nama KRI Samadikun pada 20 February 1973, status sekarang pensiun.

sekian

semoga dengan thread ini dapat menambah pengatahuan teman teman sekalian, saya masih mencari profil Kapten samadikun, punten kalo ada yang mengetahui untuk disertakan disini biar semakin lengkap thread ini, ane dah nyari profil nya tp ga dapet dapet..

moga aja repost

sumber :

http://matahari199.wordpress.com/200...ut-di-cirebon/


http://en.wikipedia.org/wiki/USS_John_R._Perry_(DE-1034
)

http://ms.wikipedia.org/wiki/KRI_Samadikun


 http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5783841

Pertempuran Laut Aru (Masa Pembebasan Irian Barat)


Komodor Yosafat Sudarso

Di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumandangkan Komando Pembebasan Irian Barat Tri Komando Rakyat (Trikora). Komando tersebut dicanangkan akibat sikpa ngotot Belanda untuk tetap bercokol di Irian Barat. Padahal telah disepakati bahwa Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia setahun pasca pengakuan kedaulatan 1949.

Upaya diplomatis yang dilakukan Indonesia sejak tahun 1950 mengalami jalan buntu. Di lain pihak, Belanda malah memperkuat kekuatan militernya di Irian Barat. Tindakan Belanda tersebut dijawab Indonesia dengan memperkuat persenjataan APRI melalui pembelian besar-besaran dari luar negeri, antara lain Rusia.

Untuk mengintensifkan perlawanan terhadap kekuatan militer Belanda di Irian Barat, APRI kemudian menggelar sejumlah operasi infiltrasi dan pengintaian. Salah satu operasi infiltrasi dilaksanakan oleh ALRI dengan mempergunakan empat kapal perang ALRI jenis MTB (Motor Torpedo Boat) tipe Jaguar. Kapal-kapal yang dikerahkan pada Januari 1962 ini bernama RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau dan RI Singa.
 
Suatu ketika keempat MTB gress asal Jerman Barat tersebut bermaksud mendaratkan 21 anggota Peleton Tugas Istimewa (Tugis) TNI AD ke Kaimana. Yang menarik, dalam penugasan ini ikut hari Deputy I (Ops) KSAL Komodor Yosafat Sudarso. Ia ikut di salah satu MTB, yaitu RI Macan Tutul, yang dikomandani oleh Kapten Winarno. Karena memuat pasukan dan perahu karet untuk pendaratan, maka keempat MTB tersebut terpaksa dilucuti komponen persenjataan andalannya, yaitu Torpedo 21 inci. Dengan demikian kapal-kapal tersebut hanya menyandang meriam anti serangan udara kaliber 40 mm.

Misi bertolak dari Tanjung Priok tanggal 9 Januari 1962 dipimpin langsung oleh Direktur Operasi MBAL Kolonel Sudomo yang bermarkas di RI Harimau. Keempat MTB bergerak dalam formasi berbanjar. Untuk menjaga kerahasiaan, misi dilarang menyinggahi pelabuhan –pelabuhan yang dapat dilewati. Bahan bakar tambahan dan perbekalan akan disuplai di tengah laut. Bahkan agar misi tidak bocor, kesatuan lain di luar misi sengaja tidak dilibatkan dan tidak dikoordinasikan.

Dalam perjalanan RI Singa mengalami kerusakan kemudi sehingga hanya tiga kapal yang sanggup melanjutkan misi infiltrasi. Setelah berhari-hari berlayar sampailah ketiga MTB di perairan Arafuru, di mana RI Multatuli telah lego jangkar. Di atas kapal berjenis submarine support ship tersebut, diputuskan pendaratan dilakukan pada malam hari 15 Januari 1962. Pukul 17.00 WITA, ketiga MTB bergerak menuju Kaimana dengan kecepatan 20 knot dalam formasi berbanjar.

Operasi meluncur dengan menerapkan status radio silent. Komunikasi hanya terbatas pada tiga MTB saja dan dilarang berkomunikasi di luar itu. Namun pada posisi 04-490 Selatan, 135-020 timur haluan 2390, ketiganya dipergoki oleh dua pesawat intai maritim Belanda jenis  Neptune  dan  Firefly. Tak jauh dari posisi tiga MTB ALRI tersebut, dua fregat Belanda Hr.Ms Evertsen dan Hr.Ms. Kortenaer  ternyata sedang berpatroli. Dua fregat tersebut bergerak cepat dari arah posisi depan dan lambung kanan belakang MTB ALRI. Lalu pada posisi 25 mil barat daya dari Vlakte Hoek, dua pihak yang bermusuhan tersebut berpapasan. Kortenaer yang bergerak pertama kali mendekati MTB ALRI. Setelah mencapai jarak tembak, Kortenaer menembakkan peluru suar yang disusul tembakan peluru tajam. Pada saat yang sama, Neptune terang rendah sambil menembakkan peluru suar berparasut dari udara.

Seketika keadaan sekitar menjadi terang benderang. Untuk mengusir Neptune Belanda, RI Macan Tutul dan RI  Macan Kumbang menembakkan meriam 40 mm. Tembakan balasan Belanda dilontarkan oleh Evertsen, yang diikuti oleh Kortenaer. Guna menghindari tembakan musuh, formasi MTB disusun berbentuk diagonal. Sebelah kiri adalah RI Macan Kumbang,  di tengah RI Harimau dan di kanan RI Macan Tutul.

Ketika dua pihak yang bertikai telah mencapai jarak 1,5 mil, kedua kapal perang Belanda melepaskan tembakan meriam kaliber 120 mm dengan gencar. Keadaan menjadi sangat kritis, sehingga Komodor Yos Sudarso, yang berada di RI Macan Tutul mengambil alih pimpinan misi. Melalui radio telepon, ia memerintahkan untuk membalas tembakan musuh. Selain itu RI Harimau dan RI Macan Kumbang diperintahkan bermanuver berputar untuk mengecoh Belanda, sementara RI Macan Tutul melaju terus lurus ke arah haluan keluar dari formasi sekaligus menghadang kapal musuh. 

KRI Macan Tutul
Melihat manuver tersebut, kedua kapal Belanda segera mengonsentrasikan perhatian dan tembakan ke arah RI Macan Tutul. Reaksi ini diambil Belanda karena MTB merupakan jenis kapal berpeluncur torpedo anti kapal permukaan dan manuver Macan Tutul merupakan gerakan taktis untuk bersiap meluncurkan torpedonya. Belanda tidak mengetahui bahwa ketiga MTB ALRI tidak membawa torpedo. RI Macan Tutul dihujani tembakan berat oleh dua fregat Belanda tersebut.

RI Harimau dan RI Macan Kumbang dengan manuver zigzag berhasil meloloskan diri. Di antara dentuman tembakan meriam, Komodor Yos Sudarso masih sempat berkomunikasi lewat radio telepon dan mengumandangkan pesan: “Kobarkan Semangat Pertempuran”. Akhirnya tembakan kapal-kapal Belanda mengenai bagian buritan sebelah kiri RI Macan Tutul sehingga menimbulkan bunga api besar.

Tembakan tersebut ternyata mengenai kamar penyimpanan mesiu. Tak lama kemudian, secara perlahan RI Macan Tutul tenggelam. Komodor Yos Sudarso, ajudannya Kapten Memet, Komanda Kapal Kapten Winarno serta 25 penumpang lainnya pun gugur.
 
Sumber :  http://sejarah-militer.blogspot.com/2011/03/pertempuran-laut-aru-masa-pembebasan.html

Keunggulan Angkatan Laut Indonesia Dibandingkan Amerika Serikat

Keunggulan Angkatan Laut Indonesia Dibandingkan Amerika SerikatSebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki kekuatan maritim terbesar di dunia. Namun, Angkatan Laut AS justru menyatakan masih harus belajar dari Indonesia mengenai operasi militer di laut, yang memiliki karakter khusus.

Pengakuan itu disampaikan Laksamana Madya Scott van Buskirk, Panglima Armada ke-7 militer AS. Menurut van Buskirk, Angkatan Laut Indonesia memiliki keunggulan tertentu yang masih harus dipelajari AS dan ini terlihat dalam latihan militer bersama pasukan maritim kedua negara, Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) di Laut Jawa akhir Mei lalu.
Baca Juga :

Amerika Serikat – Pakistan Bersitegang, Pasca Tewasnya Osama
Warga Amerika Serikat Rayakan Tewasnya Osama Bin Laden
Tornado Terjang Amerika Serikat Lagi
“Si Anak Kampoeng” Berjaya di Amerika Serikat
13 ABK Indonesia Belum Diketahui Nasibnya

Menurut van Buskirk, satu hal yang harus dipelajari militernya dari Indonesia adalah taktik operasi militer dengan perahu atau kapal berukuran kecil saat berada di perairan dangkal. “Wilayah ini memiliki perairan dangkal yang cukup signifikan. Kemampuan kami tidak sekuat yang dimiliki Indonesia,” kata van Buskirk dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 16 Juni 2011.

“Angkatan Laut Indonesia berpengalaman dalam beroperasi di laut dangkal. Kami harus banyak belajar dari Angkatan Laut Indonesia bagaimana menjalankan misi di laut seperti itu,” lanjut van Buskirk.

Sebagai Panglima Armada ke-7 militer AS, yang beroperasi dari Samudera Pasifik sebelah barat hingga Samudera Hindia, van Buskirk memiliki 70 kapal dari berbagai tipe, 200 pesawat, dan 40.000 personel Angkatan Laut dan Korps Marinir. Namun, menurut van Buskirk, pihaknya masih kekurangan kapal-kapal yang bisa berkeliaran di laut dangkal.

“Kami belum memiliki banyak kapal untuk beroperasi di perairan itu, sedangkan Indonesia punya cukup kapal…Maka kita harus belajar lagi dengan Indonesia untuk saling meningkatkan kemampuan,” kata van Buskirk.

Dalam latihan militer bersama bulan lalu, van Buskirk juga mengakui kemampuan pasukan Indonesia dalam menjalankan operasi dari helikopter ke kapal. “Kemampuan itu dibutuhkan untuk operasi darurat, seperti penyelamatan sandera dari suatu kapal yang dibajak perompak,” kata van Buskirk.

Sebelumnya, Komandan Gugus Tugas 73 Angkatan Laut AS, Laksamana Muda Thomas Carney, sebelum latihan bersama Mei lalu menyebut bahwa TNI-AL memiliki banyak pengalaman dalam operasi anti perompakan dan patroli di beberapa perairan tersibuk di dunia. “Sehingga kami sangat ingin melatih kemahiran ini bersama,” kata Carney.

Van Buskirk juga mengungkapkan bahwa selama latihan gabungan itu, Indonesia juga belajar pengalaman dan kemampuan AS dalam peperangan dengan kapal selam. “Banyak negara juga berlatih dan belajar dengan kami mengenai teknik peperangan itu karena kami sudah bertahun-tahun menguasainya,” kata van Buskirk.

Selama mengikuti latihan gabungan dengan Indonesia, AS membawa tiga kapal perang dan 1.600 personel AS dan Marinir. Selain operasi militer, latihan itu juga diisi dengan acara bakti sosial seperti pelayanan medis umum dan gigi kepada penduduk lokal.

Van Buskirk mengunjungi Indonesia selama tiga hari sejak 15 Juni 2011. Selama kunjungan van Buskirk bertemu dengan Kepala Staf TNI AL, Laksamana Soeparno dan Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo. Van Buskirk juga memberi kuliah umum di Sekolah Staf Komando AL. • VIVAnews

Kamis, 23 Februari 2012

Saka Bahari Modern

Pramuka tepuk tangan....
Pramuka Sandi-sandi.....
Pramuka Bikin Tenda.. dan lain – lain
Akh....Bosen and Jadul

setelah masa jabatan Kak Yugo berakhir, Kak Bintang akhirnya dilantik.
Pada masa jabatan Kak Bintang, masih banyak tugas yang harus di jalankan, ada beberapa agenda yang belum bisa terlaksanakan, itu menjadi beban yang agak berat bagi kami pengurus Saka Bahari sekarang.
Kak Bintang berkonsultasi dengan pengurus yang lain, seperti Kak Rinno,Kak Mirna, dan Kak Pandu..
banyak usul-usul yang bagus dari Kakak-kakak ini, namun jujur kita juga masih ragu untuk membuat Agenda tersebut..
akhirnya Kak Pandu dan Kak Bintang berkonsultasi dengan Kak Yugo, banyak masukan-masukan yang di berikan Kak Yugo, namun Kak Bintang dan Kak Pandu tertarik dengan kata-kata Kak Yugo yaitu “ usahakan kalian bikin agenda, yang berguna untuk masyarakat “.
jujur Kak Bintang dan Kak Pandu masih penasaran dengan kata-kata Kak Yugo tadi..
akhirnya Kak Bintang dan Kak Pandu berkonsultasi dengan Kak Setyo, masukan-masukan Kak Setyo hampir sama denga masukan dari Kak Yugo, dan anehnya Kak Setyo juga berkata hal yang sama denga Kak Yugo yaitu “ usahakan kalian bikin agenda, yang berguna untuk masyarakat “.
hal ini membuat kami penasaran, dan mencoba mengkumpulkan pengurus yang lain untuk rapat di kediaman Kak Bintang.
Para penguruspun juga agak bingung dengan kata-kata Kak Yugo da Kak Setyo tadi.
Akhirnya Kak Bintang da Kak Pandu membuat kesimpulan, bahwa kita harus membuat agenda yang dimana setiap agendanya selain mendapat ilmu ternyata bisa di gunakan untuk daya jual.
Akhirnya Kak Bintang,Kak Mirna dan Kak Pandu, membuat agenda yang membuat Pramuka Nggak Jadul Lagi...

Seperti Desain Grafis, Blogger, Jejaring Sosial, Bandeng Tandu, Bakso Ikan.
Dan masih banyak agenda yang akan di laksanakan.
Namun kita juga tidak menghilangkan agenda seperti PBB,Jungle Survival,Renang, dan lain-lain..

Ok See You at Next Artikel

Selasa, 21 Februari 2012

Gambar Bendera Isyarat



Pantai - pantai terindah di Indonesia

 Indonesia memiliki sejumlah pantai yang memukau. Bahkan, sebagian diantararanya sudah menjadi destinasi wisata bagi turis manca negara. Nah, diantara banyak pantai itu, wartapedia merangkumnya menjadi enam pantai terindah.
1. Pantai Senggigi, Lombok
Pantai Senggigi merupakan tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai ini menawarkan pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar.

Buat para pelancong, jangan khawatir, karena tersedia hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari harga yang mahal sampai ekonomis.
Kelebihan:
  • Pesona Terumbu karang yang memukau
  • Hotel dan Resto harga terjangkau

2. Pantai Kuta, Bali
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi obyek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 1970-an.

Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran, dan tempat permandian serta menjemur diri.
Kelebihan:
  • Panorama Sunset
  • Ombak buat Surving
  • Akses mudah ke kota
  • Hotel, Resto, dan Bar di sekitar pantai
3. Pantai Plengkung
Pantai plengkung di banyuwangi menawarakan sensasi wisata yang luar biasa. Bentuknya yang melengkung (plengkung) di ujung tenggara Pulau Jawa memiliki ombak yang fantastis. Tak heran bila banyak turis yang datang ke tempat ini.

Deburan ombak tinggi yang memanjang membuat pantai ini menjadi surga para surfing. Sayang, untuk mencapai lokasi ini harus ditempuh jalur laut dari Banyuwangi atau Bali. Sebab, jika melalui jalan darat harus melalui taman nasional alas Purwo dengan akses jalan yang terjal. Pastikan kendaraan Anda adalah seri 4WD.

Kelebihan:
  • Surfing
  • Sunset view
  • Alam yang masih natural
  • Pendaratan penyu di sebelah timur.


4. Pantai Indah, Pangandaran
Pantai Indah Pangandaran adalah sebuah pantai yang terletak di pantai selatan. Menurut Asia Rooms, pantai terbaik di Pulau Jawa terdapat di obyek wisata pantai Jawa Barat.

Pantai ini terletak di Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, dengan jarak kurang lebih 92 km arah selatan kota Ciamis.

Kelebihan:
  • Sunset dan Sunrise
  • Pantai landai air jernih
  • Hamparan pasir putih.
  • Akses jalan bagus
  • Taman laut berisi kehidupan laut
5. Pantai Parai Tenggiri, Bangka Belitung
Pantai Parai Tenggiri menawarkan pesona pantai wisata keluarga. Pantai yang terletak di kawasan daerah Matras, Sungailiat, Bangka Belitung ini kerap dijadikan obyek wisata dan terkenal dengan batuan granit berbagai ukuran. Fasilitas yang tersedia antara lain h
Kelebihan:
  • Fasilitas Outbond
  • Olahraga Air
6. Pantai Parangtritis, Yogyakarta
Parangtritis adalah sebuah tempat pariwisata berupa pantai pesisir Samudra Hindia yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta.Obyek wisata ini cukup terkenal di Yogyakarta, selain obyek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup Krakal, dan Pantai Glagah.

Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada obyek wisata lainnya. Saat suro-an (bulan Muhharam) tempat ini banyak dikunjungi untuk melakukan ritual.
Kelebihan:
  • Pesona ombak laut kidul
  • Bibir pantai yang memanjang dari timur ke barat
  • Makanan dan penginapan terjangkau

Sumber : http://wartapedia.com/wisata/wisataalam/1066-deretan-6-pantai-terindah-di-indonesia.html

Bukti-Bukti Mutakhir Tentang Kehebatan Pelaut Nenek Moyang Indonesia jauh Sebelum Cheng Ho dan Columbus [Jejak Warisan Pelaut Nusantara di Afrika]


Ceng Ho dan Colombus adalah dua pelaut ulung yang tersohor di penjuru dunia. Mereka terkenal sebagai figur tangguh yang berani menantang ganasnya samudra dengan perahu sejarahnya. Tapi tahukah anda, ternyata kepiawaian mereka jauh ketinggalan dari pelaut Nusantara. Mungkin anda tidak percaya begitu saja. Tapi, demi membuktikan kebenaran itulah Robert dick-read, peneliti asal Inggris bersusah payah menyusun buku ini.

Dengan berdasar pada sumber sejarah yang berlimpah, Dick bercerita tentang pelaut-pelaut nusantara yang sudah menjejakkan kaki di Afrika sejak abad ke-5 M. Jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika dan jauh sebelum bangsa Arab berlayar ke Zanzibar. Ceng Ho apalagi, pelaut China yang pernah mengadakan muhibah ke Semarang pada abad ke-14 M ini jelas ketinggalan dari moyang kita.

Yang menarik, penelitian Dick-read tentang pelaut nusantara ini seperti kebetulan. Awalnya, ia datang ke mozambik pada 1957 untuk meneliti masa lalu Afrika. Disana. untuk pertama kalinya mendengar bagaimana masyarakat Madagaskar fasih berbicara dengan bahasa Austronesia laiknya pemukim di wilayah pasifik. Ia juga tertarik dengan perompak Madagaskar yang menggunakan Kano (perahu yang mempunyai penyeimbang di kanan-kiri) yang mirip perahu khas Asia timur. Ketertarikannya memuncak setelah ia banyak menghadiri seminar tentang masa lalu Afrika, yang menyiratkan adanya banyak hubungan antara Nusantara dan sejarah Afrika.

Dalam penelusurannya, Dick-read menemukan bukti-bukti mutakhir bahwa pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra hindia dan berlayar sampai Afrika Sebelum bangsa Eropa, Arab, dan Cina memulai penjelajahan bahari mereka.

Diantara bukti tersebut adalah banyaknya kesamaan alat-alat musik, teknologi perahu, bahan makanan, budaya dan bahasa bangsa Zanj (ras Afro-Indonesia) dengan yang ada di Nusantara. Di sana, ditemukan sebuah alat musik sejenis Xilophon atau yang kita kenal sebagai Gambang dan beberapa jenis alat musik dari bambu yang merupakan alat musik khas Nusantara. Ada juga kesamaan pada seni pahat patung milik suku Ife, Nigeria dengan patung dan relief perahu yang ada di Borobudur.

Beberapa tanaman khas Indonesia yang juga tak luput di hijrahkan ke sana, semisal pisang raja, ubi jalar, keladi dan jagung. Menurut penelitian George Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada 1959, tanaman-tanaman itu dibawa orang-orang Indonesia saat melakukan perjalan ke Madagaskar (h.237).

Bukan itu saja, di dalam buku ini anda akan menemukan berbagai hipotesa mengejutkan mengenai kehebatan pelaut Nusantara. Diantaranya, rentang antara abad ke-5 dan ke-7 M, kapal-kapal Nusantara banyak mendominasi pelayaran dagang di Asia. Pada waktu itu perdagangan bangsa Cina banyak bergantung pada jasa para pelaut Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa perkapalan Cina ternyata banyak mengadopsi teknologi dari Indonesia. Bahkan kapal Jung yang banyak dipakai orang Cina ternyata dipelajari dari pelaut Nusantara.

Di afrika juga ada masyarakat yang disebut Zanj yang mendominasi pantai timur Afrika hampir sepanjang millennium pertama masehi. Lalu siapakah Zanj, yang namanya merupakan asal dari nama bangsa Azania, Zanzibar dan Tanzania? Tak banyak diketahui. Tapi ada petunjuk yang mengarahkan kesamaan Zanj Afrika dengan Zanaj atau Zabag di Sumatera.

Dalam hal ini, Dick mengajukan dugaan kuat keterikatan Zanj, Swarnadwipa dan Sumatera. Swarnadwipa yang berarti Pulau emas merupakan nama lain Sumatera. Hal ini dapat dilihat dalam legenda Hindhu Nusantara. Dick menduga, banyaknya emas di Sumatera ini dibawa oleh Zanj dan pelaut nusantara dari Zimbabwe, Afrika. Karena, Dick juga menemukan bukti yang menyatakan tambang-tambang emas di Zimbabwe mulanya dirintis oleh pelaut Nusantara yang datang ke sana. Sebagian tak kembali dan membentuk ras Afro-Indonesia. Mungkin ras inilah yang disebut Zanj (halaman 113).

Terlepas dari percaya atau tidak, nyatanya penulis telah menjabarkan banyak bukti yang menceritakan kehebatan pelaut Nusantara. Hal ini tentu menjadi kebangaan tersendiri bagi kita sebagai keturunannya.

Tapi, jangan berhenti sampai kebanggaan itu saja. Kita juga harus malu dan berbenah diri jika faktanya dunia kemaritiman kita saat ini jauh dari kehebatan mereka. Yang kita lihat sekarang, ikan kita banyak dicuri, banyak penyelundupan melalui laut, sedang armada dan peralatan kelautan kita tidak mencukupi untuk menjaga keamanan. Yang terparah, kredibilitas bangsa pun ikut kalah, ini bisa kita cermati dari kasus ambalat dan ekstradisi Indonesia-Singapura yang merugikan kita.

Akhirnya, Adalah tugas kita semua sebagai bangsa untuk kembali menegakkan kejayaan kemaritiman yang pernah diraih oleh para moyang kita. Agar kita bisa berdaulat di lautan sendiri.

Tradisi besar maritim Nusantara
Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa di perairan Nusantara pada paruh pertama abad XVI, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil sebagai penjelajah samudra. Kronik China serta risalah-risalah musafir Arab dan Persia menorehkan catatan agung tentang tradisi besar kelautan nenek moyang bangsa Indonesia.

Serangkaian penelitian mutakhir yang dilakukan Robert Dick-Read (Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008) bahkan memperlihatkan fenomena mengagumkan. Afrikanis dari London University ini, antara lain, menyoroti bagaimana peran pelaut-pelaut nomaden dari wilayah berbahasa Austronesia, yang kini bernama Indonesia, meninggalkan jejak peradaban yang cukup signifikan di sejumlah tempat di Afrika. Buku ini bercerita tentang pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar sampai ke Afrika pada masa lampau, jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar.
Pendek kata, penelitian dalam buku ini mengungkap bukti-bukti mutakhir bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra jauh sebelum bangsa eropa,Arab dan China memulai zaman penjelajajahn bahari mereka. Sejak abad ke-5 M,para pelaut Nusantara telah mampu menyeberangi Samudera Hindia hingga mencapai Afrika.
Para petualang Nusantara ini bukan hanya singgah di Afrika. Mereka juga meninggalkan banyak jejak di kebudayaan di seluruh Afrika. Mereka memperkenalkan jenis-jenis tanaman baru, teknologi, musik, dan seni yang pengaruhnya masih bisa ditemukan dalam kebudayaan Afrika sekarang.
Dalam buku ini, ada beberapa hipotesis yang cukup mengejutkan :
- antara abad ke-5 dan ke-7, kapal-kapal Nusantara mendominasi pelayaran dagang di Asia
- pada abad-abad itu, perdagangan bansga China banyak bergantung pada jasa para
pelaut Nusantara
- sebagian teknologi kapal jung dipelajari bangsa China dari pelaut-pelaut Nusantara,
bukan sebaliknya
- dari manakah asal emas berlimpah yang membuat Sumatera dijuluki Swarnadwipa
(Pulau Emas) ? Mungkinakah dari Zimbabwe
- Mungkinkah tambang-tambang emas kuno di Zimbabwe dibangun oleh para perantau Nusantara ?

Dan masih banyak lagi data sejarah yang dipaparkan buku ini, yang pasti akan banyak mengubah pandangan kitas tentang kehebatan peradaban Nusantara pada masa kuno. Sebuah bacaan yang dapat menambah wawasan kita mengenai kehebatan nenek moyang bangsa ini.

Para penjelajah laut dari Nusantara diperkirakan sudah menjejakkan kaki mereka di Benua Afrika melalui Madagaskar sejak masa-masa awal tarikh Masehi. Jauh lebih awal daripada bangsa Eropa mengenal Afrika selain Gurun Sahara-nya dan jauh sebelum bangsa Arab dan Zhirazi dengan perahu dhow mereka menemukan kota-kota eksotis di Afrika, seperti Kilwa, Lamu, dan Zanzibar.

”Meskipun (para pelaut Nusantara) tidak meninggalkan catatan dan bukti-bukti konkret mengenai perjalanan mereka, sisa-sisa peninggalan mereka di Afrika jauh lebih banyak daripada yang diketahui secara umum,” tulis Dick-Read pada pengantar buku terbarunya.

Catatan hasil penelitian Dick-Read kian memperkaya khazanah literatur tentang peran pelaut-pelaut Indonesia pada masa lampau. Bukti-bukti mutakhir tentang penjelajahan pelaut Indonesia pada abad ke-5 yang dibentangkan Dick-Read makin mempertegas pandangan selama ini bahwa sejak lebih dari 1.500 tahun lampau nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut sejati.

Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas.

Jung-jung China lebih banyak melayani angkutan sungai dan pantai.

Tentang hal ini, Oliver W Wolters (1967) mencatat bahwa dalam hal hubungan perdagangan melalui laut antara Indonesia dan China—juga antara China dan India Selatan serta Persia—pada abad V-VII, terdapat indikasi bahwa bangsa China hanya mengenal pengiriman barang oleh bangsa Indonesia.

I-Tsing, pengelana dari China yang banyak menyumbang informasi terkait masa sejarah awal Nusantara, secara eksplisit mengakui peran pelaut-pelaut Indonesia. Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 Masehi) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Dengan kata lain, arus perdagangan barang dan jasa menjelang akhir milenium pertama di ”jalur sutra” melalui laut-meminjam istilah arkeolog Hasan Muarif Ambary (alm)-sangat bergantung pada peran pelaut-pelaut Indonesia. Tesis Dick-Read bahkan lebih jauh lagi, bahwa pada awal milenium pertama kapal-kapal Kun Lun (baca: Indonesia) sudah ikut terlibat dalam perdagangan di Mediterania.
Masyarakat bahari
Denys Lombard (Nusa Jawa: Silang Budaya, Jilid 2), mengidentifikasikannya sebagai orang-orang laut, sedangkan Dick-Read merujuk ke sumber yang lebih spesifik: orang-orang Bajo atau Bajau. Mereka ini semula berdiam di kawasan Selat Melaka, terutama di sekitar Johor saat ini, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai penjuru Nusantara, dan pada sekitar abad XIV sebagian besar bermukim di wilayah timur Indonesia.
Peran yang dimainkan para pelaut Indonesia pada masa silam tersebut terus berlanjut hingga kedatangan orang-orang Eropa di Nusantara. Para penjelajah laut dan pengelana samudra inilah yang membentuk apa yang disebut Adrian B Lapian, ahli sejarah maritim pertama Indonesia, sebagai jaringan hubungan masyarakat bahari di Tanah Air.

Anthony Reid (Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, 2004) menyebut kelompok masyarakat berbahasa Austronesia ini sebagai perintis yang merajut kepulauan di Asia Tenggara ke dalam sistem perdagangan global.
Akan tetapi, pada abad XVIII masyarakat Nusantara dengan budaya maritimnya yang kental itu mengalami kemunduran. Monopoli perdagangan dan pelayaran yang diberlakukan pemerintahan kolonial Belanda, walau tidak mematikan, sangat membatasi ruang gerak kapal-kapal pelaut Indonesia.
Ironisnya, setelah 68 tahun Indonesia merdeka, setelah PBB mengakui Deklarasi Djoeanda (1957) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, tradisi besar itu masih saja dilupakan.
Kini, kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat nelayan dijumpai di banyak tempat, sementara di sisi lain, kekayaan laut kita terus dikuras entah oleh siapa…


Sebagai penduduk Indonesia sudah sepatutnya kita berbangga diri. Pasalnya, nenek moyang bangsa Indonesia ternyata adalah orang yang gemar berpetualang menjelajahi penjuru Bumi dengan menyeberangi samudra hingga mampu menyebarkan berbagai peninggalan yang masih dapat dijumpai hingga kini di berbagai tempat dataran benua Afrika.
Hal itu menjadi bukti bahwa jauh sebelum bangsa Eropa membanggakan diri karena mengklaim bahwa pelayarannya adalah yang terhebat di dunia karena berhasil melakukan perjalanan keliling samudra pada abad XVI, ternyata nenek moyang bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu melakukannya. Bahkan penjelajahan penduduk Indonesia dibarengi dengan fasilitas perahu dengan teknologi modern dan sarana pendukung yang serba canggih pada masa itu, hingga membuat perjalanan menyusuri ’dunia baru’ bukanlah sesuatu hal yang sulit dilakukan.
Sehingga dapat dikatakan jika pelayaran itu sangat heroik dan jauh di luar batas kemampuan berlayar bangsa mana pun di dunia pada era tersebut. Padahal itu dilakukan pelaut Nusantara seribu tahun lebih sebelum petualangan Columbus di era modern.
Penjelajahan Bahari akan mengajak pembaca untuk sejenak menikmati romantisme kejayaan bangsa Indonesia kuno. Buku ini merupakan karya ilmiah hasil penelitian Robert Dick-Read, seorang Afrikanis dari London University yang disusun berdasarkan sumber data melimpah dan dapat dipertanggungjawabkan, yang merupakan hasil dari penelitian seni dan budaya di banyak daerah yang ada peninggalan sejarah dari Nusantara. Karir dan reputasi penulis dipertaruhkan dalam isi buku ini, karena hasil intrepertasinya bisa mengundang berbagai pertanyaan dan kecaman dari ahli sejarah yang berbeda pandangan dengannya.
Dari berbagai sumber yang telah diteliti, penjelajah laut dari Nusantara menginjakkan kakinya pertama kali di benua Afrika melalui Madagaskar. Kedigdayaan pelaut Nusantara yang tercatat pertama kali dalam sejarah adalah masa ketika kerajaan Sriwijaya, yang ibu kotanya di Palembang, tepatnya di tepi sungai Musi, berhasil membangun angkatan laut kerajaan terkuat, besar dan tangguh, yang belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia.
Memang sejarah modern mencatat bahwa pelayaran keliling lautan luas pertama kali dilakukan oleh armada Cheng Ho dari negeri Cina dan pelaut Eropa di zaman Columbus. Padahal fakta itu tidak sepenuhnya benar. Meskipun tidak ada catatan otentik yang tersisa, namun dapat disebut bahwa pelaut Nusantara yang dipelopori armada laut Sriwijaya sudah terlebih dahulu berhasil mengarungi samudra.
Menurut Robert Dick-Read, bukti mutakhir bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra jauh sebelum bangsa Eropa, Arab, Cina, dan India memulai zaman penjelajahan bahari masih bisa ditelusuri buktinya. Karena sejak abad ke-5 masehi, para pelaut Nusantara sudah mampu menyeberangi Samudra Hindia hingga mencapai benua Afrika dan masih meninggalkan jejak nyata hingga sekarang.
Sebuah inskripsi kuno pada abad VII masehi yang ditemukan di Palembang menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya adalah kelompok pertama pelaut Nusantara yang berhasil menyebarkan armadanya hingga daratan Afrika. Pasalnya, pada zaman keemasan Sriwijaya, saat itu penguasa kerajaan membutuhkan emas dalam jumlah besar dan mereka mendatangkan pasokan emas itu dari pertambangan emas kuno yang ada di Zimbabwe. Ditambah bukti adanya banyak penduduk Madagaskar pada masa lalu yang melakukan hubungan dengan penghuni Sumatra Selatan semakin menguatkan asumsi bahwa angkatan laut kerajaan Sriwijaya telah berhasil menduduki tanah yang ditemukannya itu.
Para petualang Nusantara ini tidak sekedar hanya singgah di dataran Afrika, melainkan juga menetap dan meninggalkan banyak kebudayaan di seluruh dataran yang berhasil disinggahinya. Banyaknya jejak pelaut Nusantara tersebut meninggalkan kebudayaan diantaranya dengan ditemukannya teknologi, tanaman baru, musik, dan seni yang pengaruhnya masih bisa dijumpai dalam kehidupan masyarakat Afrika sekarang.
Misalnya dalam kehidupan masyarakat Zanj yang menghuni daerah Madagaskar bagian utara, mereka menangkap buruan dengan menggunakan keranjang yang sebenarnya mirip dengan teknik menangkap ikan di semenanjung Malaya dan Indonesia. Tidak banyak yang diketahui untuk mengungkap asal usul ras tersebut, namun ada satu petunjuk yang akan menggiring kita untuk menemukan jawabannya, yaitu Zanj adalah ras keturunan Afro-Indonesia yang menetap di Afrika Timur.
Bahkan, tanaman ubi jalar, pisang raja, dan beragam jenis pisang yang hidup di daratan Afrika Timur juga merupakan tanaman yang dibawa oleh penjelajah Indonesia yang melakukan perjalanan ke Madagaskar. Dan pada waktu yang sama tanaman itu menyebar sampai Afrika Barat karena dibawa melalui perjalanan darat melalui Somalia, Ethiopia Selatan, dan Sudan (hal. 237).
Fakta di atas juga digunakan Alexander Adelaar (pakar lainnya) ketika mempelajari asal-usul bahasa Madagaskar. Dari hasil analisisnya, dia bahkan berani membeberkan hipotesis bahwa bahasa penduduk Madagskar (Malagasi) dan Melayu sangat mirip. Tidak hanya itu, kekuatan unsur genetik dan budaya Afrika di Madagaskar yang sangat besar, serta banyaknya jumlah kata dalam perbendaharaan kata masyarakat Afrika semakin memperkuat asumsi bahwa pulau tersebut dulu dihuni bangsa Afro-Indonesia, yang merupakan cikal bakal penduduk Nusantara.
Dalam buku ini, pembaca akan menemukan berbagai hipotesis mengejutkan yang mungkin selama ini belum pernah terpikirkan sebelumnya. Karena tidak ada literatur yang dengan secara gamblang menulis bukti bahwa antara abad ke-5 dan ke-7, kapal Nusantara telah berhasil mendominasi pelayaran dagang di kawasan Asia hingga mampu menjelajah jauh sampai ujung Afrika.
Bahkan jika selama ini masyarakat banyak percaya bahwa peradaban bangsa Cina menjadi pusat peradaban dunia tempo dulu, fakta itu termentahkan setelah membaca buku ini. Meskipun tak dimungkiri jika peranan Cina juga cukup besar di Asia, namun pada abad V sampai VII masehi perdagangan bangsa Cina banyak tergantung pada jasa dan suplai produk para pelaut Nusantara, bukan sebaliknya seperti yang selama ini tertulis diberbagai literatur.
Buku ini menyajikan beragam data sejarah yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat luas, bahkan kalangan sejarawan. Sehingga pembaca berpotensi akan banyak mengalami perubahan paradigma berpikir setelah membaca secara detail rangkaian fakta kehebatan peradaban Nusantara pada masa kuno yang pelayarannya mampu menyeberangi samudra hingga menemukan benua Afrika.
Judul Buku : Penjelajahan Bahari (Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika)
Penulis : Robert Dick-Read
Edisi : Juni 2008
Tebal : 378 halaman
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Peresensi : Erik Purnama Putra, Mahasiswa Psikologi UMM dan Aktivis Pers Koran Kampus Bestari
Sumber (Harian Bhirawa)
Bukti-Bukti Mutakhir Tentang Kehebatan Pelaut Nenek Moyang Indonesia jauh Sebelum Cheng Ho dan Columbus [Jejak Warisan Pelaut Nusantara di Afrika]

Sumber :  http://www.lintas.me/go/atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/bukti-bukti-mutakhir-tentang-kehebatan-pelaut-nenek-moyang-indonesia-jauh-sebelum-cheng-ho-dan-columbus-jejak-warisan-pelaut-nusantara-di-afrika-/1/

KUMTOSISKA ( Kumpulan foto narsis Saka Bahari )

Yak Kali ini saya akan membahas tentang foto-foto narsis anak-anak saka.
di setiap kegiatan memang banyak sekali gaya-gaya narsis anak-anak saka...
nah berikut ini adalah foto narsis mereka

So Lest Chekidot :










Senin, 20 Februari 2012

Saka Bahari Hari Dharma Samudra




Yak kali ini saya akan membahas tentang Dharma samudra, pada tanggal 15 januari adalah hari dharma samudra, saka bahari di undang dalam acara terebut dalam rangka memperingati hari dharma samudra, Kak Setyo selaku pamong menginstruksikan kepada Kak Bintang untuk mengumumkan kepada aggota saka bahari yang lain.
Kak Bintang dan Kak Pandu mengumpulkan 8 anak saka bahari, mereka mengatakan bahwa tanggal 15 akan ada hari dharma samudra anak-anak saka di undang besok jangan sampai telat karena kita berangkat jam 6.30 pungkas kak Bintang..
dalam perjalanan pun tidak berhenti kita bercanda di mobil karena mungkin jaraknya jauh jadi kami sedikit refresing untuk mengisi waktu..
sampai di sana kami bersiap berbari dan mengikuti upacara dengan hikmat,beberapa wartawan juga meliput acara ini, sempat dalam sela-sela upacara saya melihat veteran yang gagah berani dan hikmat mengikuti upacara, setelah upacara selesai anak-anak tidak langsung pulang tetapi kita sempat berfoto dan berbincang dengan tentara yang ada disana :

So Lest Chekidot :



Berbicara dengan Kadet




Ok See you in Next Artikel :D

Minggu, 19 Februari 2012

Selusur Sungai 2011




Yak kali ini saya akan membahas tentang Selusur Sungai yang diadakan tahun 2011 kemarin, awalnya kami berangkat mengunakan Truk TNI, terlihat wajah-wajah semangat dari anak-anak Saka Bahari Smahada yang penuh rasa gembira.
perjalan yang kami tempuhpun cukup jauh, saat kami disana kami harus melewati sungai yang lumayan curamlah dan hutan yang lumayan masih terjaga alami..
saat kami istirahat canda tawa banyak kami lakukan untuk melepas penat sembil di temani oleh suara khas hutan yang sangat jarang kami temui di kota..
sesampainya di sumber tetek Kak Amy yang seidikit iseng mengerjain anak-anak Saka, seperti menyuruh kita tidur di air, hahaha
ok sekarang kita lihat foto-fotonya

Lest Chekidot :











( FOTO ANAK-ANAK PERSIAPAN )
























( Istirahat )









( Perjalanan ke sumber tetek )












( Sesampainya di sumber tetek )








yak itu saja yang bisa saya kasih, sampai ketemu di artikel yang lain :D